Selasa, 02 Desember 2008

HUJAN TURUN MALAM MENJELANG PAGI

Musim hujan telah tiba, meskipun turunnya masih belum berpola. Kadang turun pagi, siang, sore dan malam. Kadang juga seharian tidak turun.

Kemarin sore, udara cukup panas. Pulang dari tempat kerja, saya lihat kran air di garasi pecah entah kenapa. Ganti kaos singlet & kolor pendek, lalu berbasah-basahan mengganti & memasang kran air. Pekerjaan rumah lain menyusul, kisi-kisi peneduh tanaman bunga di halaman belakang rusak. Mungkin terkena angin yang agak beliung. Mungkin juga karena kucing yang bermain di atasnya. Butuh cukup waktu dan keringat untuk memperbaikinya, karena harus naik-naik tembok menggunakan tangga. Dua pekerjaan ad-hoc di sore hari dengan awan cumulo-nimbus membuat badan terasa semakin gerah.

Mandi, lalu bermain dengan ketiga anak perempuanku. Saya agak kasihan pada si bungsu yang baru 3 tahun. Sudah hampir seminggu ini dia tidak bisa dekat dengan ibunya yang lagi sakit dan 'diisolasi' agar tidak menulari. Kelihatan sekali dia pengin bercanda, memeluk, dan mencium ibunya. Sejak ibunya anak-anak sakit, saya tidur bertiga dengan si bungsu dan si nomor dua. Ibunya tidur di kamar lain dengan si sulung yang juga lagi sakit yang sama.

Jam delapan masuk kamar tidur. Bercanda-canda dengan si bungsu dan si nomor dua. AC disetel pada suhu rendah untuk meredam udara panas. Nampak sekali kompresor AC di balik tembok bekerja ekstra keras melawan cuaca panas.

Jam 11-an kedua anakku baru tidur. Saya masih nonton TV di kamar. Jam 01.30 dini hari mata masih belum bisa terpejam. Iseng keluar ke teras belakang. Melihat si Boris (kucing blasteran Anggora-Persia, kesayangan si nomor dua) di kandangnya yang agak menjorok keluar, saya lalu memindahkannya ke tempat yang kira-kira tidak bakal terkena hujan.

Jam duaan lebih, hujan turun sangat deras, bagai ditumpahkan sekaligus di atas rumah. Suara air menerpa genting dan talang benar-benar sangat nyaring. Saya hanya berharap listrik tidak mati, dan nyatanya memang tidak mati. Semoga juga besok pagi Jakarta tidak banjir.
Mungkin karena nyaringnya bunyi hujan, istriku keluar dari kamar tidurnya. Berdua lalu mengecek sekeliling rumah, barangkali ada pintu/jendela belum terkunci, ada gordyn yang belum ditutup, ada saluran air mampet, atau barang-barang yang harus diselamatkan dari terpaan air.

Setelah sepertinya semua aman, saya nyalakan TV dan nonton di sofa ruang tengah. Jam setengah tiga pagi. Hujan masih turun dengan deras. Udara menjadi dingin. Anak-anak tidur lelap di kamar. Istriku menyusul duduk di sofa di sebelahku. Entah kenapa, pagi dini hari itu, dengan daster tidurnya, istriku nampak lebih cantik dari biasanya. Padahal dia baru saja terbangun dari tidurnya. Saya pegang tangannya. Hangat. Saya remas jarinya. Istriku menyandarkan kepalanya di bahuku. Nafasnya teratur menyebarkan aroma harum yang lembut. Hmmm...

Lalu...


... lalu apa coba???